Pengetahuan Rasa
Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani


Jika kita mengetahui bahwa dunia ini selalu bergerak menuju kegagalan dan kebinasaan, dan mengetahui bahwa manusia juga akan lenyap, meninggal dunia, tetapi masih saja tidak percaya – karena kita baru mencapai tingkatan membaca bukan merasa. Ada perbedaan yang penting antara “Pengetahuan Kertas” dan “Pengetahuan Rasa”. Pada secarik kertas tertulis “Ini adalah air”. Tetapi dengan membaca tulisan itu, kalian tidak bisa merasakan air tersebut. Kemungkinan lainnya adalah ketika kalian ada pada tingkatan rasa, kalian diberi air dan disuruh untuk merasakannya. Kalian ambil air itu, kalian cicipi air itu, merasakan manisnya dan rasa haus kalianpun terpuaskan. Karena Pengetahuan Kertas gagal sepenuhnya untuk menyampaikan rasa air tersebut, maka dengan cara yang sama iapun gagal untuk menyampaikan tentang rasa kematian. Kita membaca dan mendengar tentang kematian tetapi gagal sepenuhnya untuk mempercayainya hingga kita merasakannya sendiri. Dengan kepercayaan yang sesungguhnya, dikehidupan ini kita mencicipi kematian, merasakan kematian, bahkan mungkin merasakan manisnya. Malaikat Maut, Izrail, mungkin datang dengan belas kasih atau mungkin pula datang dengan azab atau hukuman.

“Hisablah dirimu sendiri sebelum kalian dihisab oleh Allah SWT.” Jika kalian menyadari berbuat salah, segeralah bertobat. Karena itulah mengapa rasa itu sangat penting. Bila kita tidak perduli, maka ketika meninggalkan tempat ibadah ini akan melupakan pesan-pesan yang telah kita dengar disini. Para orang saleh/wali tidak lupa. Mereka tidak takut. Mereka duduk dan merenung atau tafakur, mengingat Allah SWT. Rabia,duduk disudut ruangannya untuk bertobat. Orang-orang berkata padanya, “Aduh Rabia, kamu telah bertobat!” Dia berkata, “Aku harus tetap mengatakan ‘Ampuni aku, Ya Allah, aku berlindung hanya kepada-Mu.’Karena setiap kali aku mengatakan itu, maka diperlukan satu kalimat itu lagi untuk menutupi kalimat yang sebelumnya.”
Rahmat Nabi SAW adalah sebuah rujukan pada ayat dalam Al Qur’an, “Kami tidak mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi dunia.”Allah mengutus beliau untuk menyelamatkan kita. Dan bantuan atau perantaraannya adalah sebagimana yang dikatakan Nabi SAW, “… untuk orang-orang yang berdosa besar dari umatku.” Beliau berkata beliau akan menjadi perantara untuk mereka dengan pengetahuan atas kelemahan mereka.
Kita tidak bisa mencapai apa yang orang-orang saleh/para wali ingin kita mencapainya – dan itu menunjukan kelemahan kita.

Wa min Allah at Tawfiq

0 comments:

Post a Comment